Batam – Indonesia mengambil langkah penting dalam memperkuat kemandirian industri penerbangan dengan peresmian Hanggar Ketujuh Batam Aerotechnik (BAT) di Bandara Hang Nadim, Batam. Fasilitas baru ini diharapkan dapat mendorong efisiensi biaya operasional maskapai domestik dan mengurangi ketergantungan pada penyedia layanan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) luar negeri.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Lukman F. Laisa M., mengatakan bahwa pengembangan fasilitas MRO dalam negeri menjadi langkah strategis untuk menekan tingginya biaya tiket penerbangan dan memperbaiki ketidakseimbangan antara suplai dan permintaan pesawat yang memerlukan perawatan.
“Per 17 November, Indonesia memiliki 570 pesawat, namun hanya 360 pesawat yang layak terbang. Ada 210 pesawat yang masih menunggu perbaikan. Ketergantungan kita terhadap MRO luar negeri masih sangat tinggi, mencapai 70 persen untuk perawatan mesin dan komponen. Hal ini berkontribusi pada pembengkakan biaya operasional dan antrean panjang dalam perawatan pesawat,” katanya, Rabu (19/11).
Dia menambahkan, antrean perbaikan yang panjang akibat ketergantungan pada MRO luar negeri turut menyebabkan ketidakseimbangan supply dan demand yang pada akhirnya berdampak pada harga tiket penerbangan yang semakin mahal. Untuk itu, kehadiran Hanggar Ketujuh BAT di Batam diharapkan bisa mengurangi hambatan tersebut dan mendorong perkembangan industri MRO domestik.
Selain itu, dia juga menyampaikan bahwa pemerintah telah menyiapkan stimulus berupa diskon harga bahan bakar avtur dan tarif PJP 2U/PJP 4U di sekitar 37 bandara, serta kebijakan PPN ditanggung pemerintah (DTP) sebesar 6 persen. Stimulus ini akan berlaku mulai 22 Desember hingga 10 Januari, dengan tujuan untuk meringankan beban biaya operasional maskapai dan masyarakat.
CEO Lion Air Group, Daniel Putut Kuncoro Adi, menjelaskan bahwa Hanggar Ketujuh yang baru diresmikan adalah fasilitas canggih dengan standar internasional. Batam Aerotechnik (BAT) yang telah beroperasi sejak 2012 kini mengelola tujuh hanggar di Bandara Hang Nadim, yang dilengkapi dengan landasan pacu sepanjang 4.025 meter, menjadikannya salah satu yang terpanjang di Indonesia.
“Hanggar ini telah memenuhi standar internasional dan tersertifikasi oleh berbagai regulator, termasuk FAA (Federal Aviation Administration) dari Amerika Serikat, Inggris, dan San Marino. Dengan fasilitas ini, kami berharap dapat memberikan layanan yang lebih efisien bagi maskapai nasional dan internasional,” katanya.
BAT, yang telah melayani maskapai dari berbagai negara seperti Filipina, India, Singapura, Malaysia, Thailand, hingga Vietnam, menargetkan untuk terus berkembang dengan penambahan jumlah karyawan. Hingga tahun 2030, BAT menargetkan penyerapan tenaga kerja hingga 10.000 pegawai, meningkat pesat dari 2.100 karyawan yang ada saat ini.
Peresmian Hanggar Ketujuh BAT di Batam menjadi tonggak penting dalam upaya Indonesia untuk memiliki industri MRO yang mandiri. Pemerintah berharap fasilitas ini tidak hanya mempercepat proses perawatan pesawat, tetapi juga memberikan dampak positif bagi ekonomi lokal dan menciptakan lapangan kerja baru.
Dengan bertambahnya kapasitas perawatan pesawat dalam negeri, Indonesia semakin optimis untuk mengurangi ketergantungan pada MRO luar negeri, yang selama ini menjadi faktor utama dalam tingginya biaya operasional penerbangan domestik.
Peresmian hanggar ini juga diharapkan dapat memotivasi pengusaha lain untuk berinvestasi dalam sektor MRO, menciptakan lebih banyak fasilitas serupa, dan memperkuat ekosistem penerbangan Indonesia secara keseluruhan.

