
Di balik sajadah panjang dan suara merdu,
Ada yang lupa bahwa Tuhan tak butuh disuguh.
Sujudnya tinggi, mata memejam khusyuk,
Tapi matanya tajam menilai yang tampak buruk.
Amalnya disiarkan, seolah jadi sinyal,
Bahwa surga bisa dibeli dengan modal viral.
Tutur katanya lembut, ayat-ayat meluncur,
Namun hatinya dingin, tak pernah terukur.
Kau tunjuk dirimu paling benar, paling bersih,
Seolah langit pun mencatat langkahmu sendiri.
Tapi tahukah kau—iman bukan drama,
Ia sunyi, ia sembunyi, ia nyata di dada.
Mana kasihmu untuk mereka yang lapar?
Mana tanganmu saat luka butuh sabar?
Apalah arti zikir di depan layar,
Jika tetanggamu tak pernah kau sapa sebentar?
Aku bukan malaikat, tak pula suci,
Namun aku berdiri dalam jujur diri.
Tak berlagak alim, tak menjual pahala,
Hanya hati kecilku yang setia bicara.
Tuhan tak butuh panggung,
Ia hadir saat tangis dan ragu mengimpit punggung.
Kealiman bukanlah kostum semalam,
Ia adalah cahaya yang tak perlu diserukan dalam diam.
13 thoughts on ““Bukan Di Panggung Suci” – Oleh: Hendri Kremer”