
Aku melihatnya,
lewat layar kecil
anak gadis di sudut ruang,
matanya redup oleh suara
yang seharusnya memeluk—bukan menghardik.
Ibunya marah,
bukan karena nilainya kosong
tapi karena rangkingnya
bukan nomor satu.
Karena dunia katanya
hanya beri tempat pada puncak.
Kerupuk di tangan kecilnya,
jadi ganti buku-buku dan cita-cita.
Dagang bukan soal pilihan,
tapi hukuman
atas kegagalan menjejak podium semu
yang tak pernah ia minta.
Tapi gadis kecil,
harus tahu:
menjadi bukan tentang angka
atau pujian bertinta emas.
Menjadi adalah berani
berdiri meski lutut gemetar,
menatap dunia meski dihujat,
menjawab marah dengan tenang,
dan membawa kerupuk itu
seperti membawa obor ke malam kelam.
Sebab yang kuat,
bukan yang selalu menang
tapi yang tetap hidup
dalam sayat paling dalam.
12 thoughts on ““Harus Menjadi” – oleh: Hendri Kremer”