
Batam – Investasi Australia di Batam menunjukkan tren positif. Hal ini terungkap saat Wali Kota Batam, Amsakar Achmad, menerima kunjungan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Roderick Brazier, bersama Business Champion Australia untuk Indonesia, Jennifer Westacott, serta delegasi Kedutaan Besar Australia di Kantor Wali Kota Batam.
Pertemuan berlangsung hangat dengan semangat kolaborasi kedua negara untuk mendorong peningkatan investasi dan perdagangan. Amsakar berharap kunjungan ini menjadi momentum penguatan hubungan bilateral Indonesia–Australia, khususnya dalam bidang ekonomi dan investasi di Batam.
“Kami menyambut baik kehadiran Dubes Australia dan rombongan. Hal ini jembatan membuka peluang investasi yang lebih luas di Batam,” katanya, saat mintai komentarnya oleh wartawan, Selasa (1/7).
Ia memaparkan pesatnya pembangunan Batam dan beragam potensi investasi yang kini terus berkembang. Batam menjadi lokomotif pertumbuhan ekonomi di wilayah barat Indonesia, didukung dua regulasi dari Presiden Prabowo, yakni PP Nomor 25 dan 28 Tahun 2025, yang mempermudah proses perizinan dan investasi.
“Semua perizinan kini cukup diselesaikan di Batam tanpa perlu ke kementerian pusat. Ini menunjukkan komitmen pemerintah pusat dalam mendukung Batam,” ujarnya.
Sepanjang 2024, nilai investasi di Batam tercatat Rp43,26 triliun, meningkat 31 persen dibandingkan tahun sebelumnya, dengan pertumbuhan ekonomi mencapai 6,69 persen, jauh di atas rata-rata nasional sebesar 5,03 persen. Sektor manufaktur menjadi kontributor terbesar, sekitar 58 persen, diikuti sektor industri galangan kapal, energi terbarukan, pariwisata, dan digital.
Amsakar juga menjelaskan potensi pariwisata Batam yang terus dilirik investor, seperti investasi di Pulau Nirup dan pengembangan Nongsa Digital Park sebagai KEK digital yang menopang industri teknologi nasional, sejalan dengan proyeksi nilai ekonomi digital Indonesia yang diperkirakan mencapai Rp1.820 triliun pada 2025.
Dalam upaya memberikan kenyamanan bagi investor, Batam telah menerapkan sistem pelayanan terintegrasi melalui platform IBOSS di Mal Pelayanan Publik, serta menawarkan insentif fiskal berupa pembebasan PPN dan bea masuk untuk mendukung penanaman modal.
“Kami ingin investor merasa nyaman dan percaya diri untuk menanamkan modalnya di Batam,” tambah.
Australia saat ini menempati posisi ke-11 sebagai negara asal investasi terbesar di Indonesia, dengan nilai investasi pada 2024 mencapai Rp11,09 triliun, naik 37 persen dari tahun sebelumnya. Amsakar berharap tren peningkatan investasi Australia dapat terus berlanjut, terutama di Batam.
Ia juga menyebut kunjungan Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, ke Indonesia pada Mei lalu sebagai sinyal positif hubungan bilateral kedua negara, dan menegaskan kesiapan Batam menjadi mitra strategis Australia dalam berbagai sektor.
“Ini momentum yang tepat. Pemerintah pusat mendukung penuh Batam, dan kami siap memfasilitasi semua kerja sama investasi,” tegasnya.
Sementara itu, Dubes Roderick Brazier mengapresiasi sambutan hangat Pemko Batam dan menilai Batam memiliki iklim investasi yang ramah, progresif, serta menjadi contoh baik dalam penyederhanaan perizinan investasi di Indonesia.
“Batam menjadi contoh baik dalam penyederhanaan perizinan. Kami ingin melihat lebih dekat potensi yang dimiliki kota ini,” katanya.
Ia menambahkan hubungan dagang dan investasi antara Australia dan Indonesia terus menunjukkan perkembangan positif, dan kunjungan ini diharapkan mendorong lebih banyak perusahaan Australia untuk berinvestasi di Batam.
Usai pertemuan, Dubes Brazier dan Prof. Westacott dijadwalkan meninjau sejumlah perusahaan Australia yang telah beroperasi di Batam. Pertemuan ditutup dengan diskusi terbuka serta komitmen untuk memperluas kerja sama investasi di masa mendatang. Kontributor – KH