
Batam – Seorang pengelola Ruko tempat produksi meuble/perabotan kayu, Ibu Delfi Tambunan menyampaikan keluhannya kepada AL (wartawan Rapil News) tentang kejadian lumpur yang masuk kedalam ruko akibat hujan deras and banjir yang terjadi.
Banjir merupakan salah satu bencana alam yang seringkali terjadi di berbagai daerah di Indonesia, termasuk Batam. Kejadian banjir tam khususnya di kawasan Sei Panas telah menjadi perhatian warga dan pemerintah setempat. Batam, sebagai salah satu kota industri dan pusat ekonomi di Kepulauan Riau, memiliki infrastruktur yang berkembang pesat. Namun, pertumbuhan kota ini kadang kurang diimbangi dengan penataan lingkungan yang memadai, seperti sistem drainase yang efektif.
Sei Panas dan Bengkong, sebagai daerah yang terkena dampak, menjadi sorotan ketika banjir terjadi. Dalam beberapa tahun terakhir, Batam mengalami peningkatan curah hujan yang signifikan, yang menyebabkan luapan air tidak dapat tertampung dengan baik oleh saluran drainase yang ada. Kondisi ini diperparah dengan sedimentasi dan penyumbatan sampah yang sering kali ditemukan di saluran-saluran air, sehingga aliran air terganggu dan menyebabkan genangan.
Kejadian banjir kali ini, yang menyebabkan lumpur masuk ke dalam ruko-ruko di Sei Panas, menggambarkan seriusnya masalah ini. Rendahnya area resapan air akibat pembangunan yang tidak terencana menambah beban lingkungan, sementara perubahan tata guna lahan tanpa memperhatikan aspek lingkungan turut berkontribusi terhadap terjadinya banjir. Dengan meningkatnya frekuensi dan intensitas hujan, masalah ini menjadi semakin mendesak.
Sei Panas, sebuah daerah di Batam, dikenal sebagai kawasan yang dinamis dengan berbagai aktivitas ekonomi dan hunian yang cukup padat. Sebelum banjir melanda, lingkungan di Sei Panas didominasi oleh aktivitas perdagangan dan perniagaan. Toko dan ruko berjajar rapi di sepanjang jalan utama, dengan pejalan kaki berlalu lalang dan kendaraan yang sibuk bergerak. Banyaknya ruko menunjukkan betapa hidupnya kawasan ini, menjadi pusat kegiatan ekonomi bagi para penduduk sekitar.
Dalam kehidupan sehari-hari, lingkungan Sei Panas cukup ramai, dipenuhi oleh suara kendaraan dan kegiatan masyarakat. Namun, kepadatan tersebut juga membawa konsekuensi tersendiri terhadap infrastruktur. Saluran pembuangan di kawasan ini sering ditemui penuh oleh sampah dan material lainnya, yang sayangnya sering kali terabaikan dan tidak mendapatkan perhatian serius sebelum akhirnya mendapat perhatian lebih akibat bencana banjir.
Banjir yang melanda Batam, khususnya di kawasan Sei Panas, membawa dampak yang signifikan bagi para pemilik ruko di daerah tersebut. Salah satu dampak langsung yang paling mencolok adalah masuknya lumpur ke dalam ruko. Lumpur tebal yang ditinggalkan oleh banjir menutupi lantai dan meresap ke dalam sela-sela bangunan, membuat pemilik dan pekerja ruko kesulitan untuk membersihkan dan memulai kembali aktivitas bisnis mereka.
Kerusakan ini bukan hanya memperlambat operasional, tetapi juga meningkatkan biaya operasional, karena perlu adanya usaha dan biaya tambahan untuk membersihkan serta memulihkan keadaan ruko ke kondisi semula. Beberapa peralatan dan barang dagangan pun rusak akibat terkena air bercampur lumpur, menambah kerugian bagi para pemilik usaha. Selain kerusakan fisik, suasana setelah banjir dapat menurunkan jumlah pelanggan yang datang karena kekhawatiran akan keamanan dan kenyamanan berbelanja di area yang baru saja mengalami banjir.
Sebagai pengelola ruko yang terkena dampak lumpur, Ibu Delfi Tambunan mengalami dilema dalam menghadapi situasi ini, di satu sisi harus membenahi kerusakan, sementara di sisi lain harus tetap mengupayakan pekerjaan pembuatan mebel yang di pimpin suaminya, Bapak Johni, tetap berjalan. Ketika kejadian lumpur memasuki ruko, suami dan sebagian dari pekerja sedang keluar kota beekerja.
*Langkah Pencegahan Untuk Menghadapi Banjir Di Masa Depan
Menghadapi banjir di masa depan memerlukan pendekatan terpadu yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan swasta. Penting untuk memulai dengan meningkatkan infrastruktur penanganan air seperti membangun saluran drainase yang lebih besar dan lebih efisien. Pemeliharaan rutin terhadap saluran ini juga harus dilakukan guna mencegah tersumbatnya aliran air akibat sampah dan sedimen. Selain itu, perlu adanya upaya penghijauan di area-area terbuka dan penanaman pohon yang dapat membantu menyerap air serta mengurangi potensi banjir.
Masyarakat juga harus dilibatkan dalam program edukasi lingkungan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pembuangan sampah yang benar, serta pentingnya menjaga kebersihan sungai dan selokan. Dalam hal penggunaan lahan, pembuatan zona resapan air dan pengembangan ruang terbuka hijau harus menjadi prioritas dalam perencanaan kota untuk menampung volume air lebih secara alami. Pemerintah setempat perlu menetapkan regulasi ketat mengenai pembangunan pemukiman di kawasan rawan banjir dan mengendalikan izin pembangunan agar sesuai dengan kajian amdal.
Sementara itu, teknologi prediksi cuaca dan sistem peringatan dini juga harus ditingkatkan untuk memberikan informasi yang akurat kepada warga tentang potensi banjir. Kerja sama dengan pihak swasta juga bisa diarahkan untuk berinvestasi dalam solusi berbasis teknologi.
Kontributor – AL
kok bisa ya, saya pernah kesana belakang hotel 999. padahal tinggi bukan banjir tapi lumpur yang turun dari tebing yang agak tinggi depan ruko tu.