Batam – Pariwisata – Di tengah pesatnya pembangunan Kota Batam, ada satu tempat yang menjadi oase bagi pecinta alam dan edukasi pertanian: Tibelat Farm. Berlokasi di kawasan Sei Temiang, Kelurahan Tanjung Riau, Kecamatan Sekupang, tempat ini menjadi salah satu destinasi wisata edukasi unggulan yang mengusung konsep edufarm atau wisata belajar pertanian dan perikanan.
Tibelat Farm dikelola oleh Ray Sandy Stefan, atau yang akrab disapa Kang Ray. Sejak berdiri pada tahun 2003, lahan seluas sekitar 1,5 hektare ini telah disulap menjadi kawasan hijau yang dipenuhi kolam ikan air tawar dan kebun tanaman produktif. Di sini, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis ikan seperti ikan emas, nila, dan lele, serta ribuan batang pohon cabai dan beragam buah-buahan.
“Kami ingin masyarakat bisa belajar sekaligus menikmati suasana alam. Tibelat Farm bukan hanya tempat budidaya ikan, tapi juga tempat berbagi ilmu dan pengalaman,” ujar Ray saat ditemui di lokasi, Minggu (19/10).
Selain sebagai tempat budidaya ikan, Tibelat Farm juga dibuka untuk umum sebagai tempat wisata keluarga. Suasana asri dengan udara segar membuat siapa pun betah berlama-lama. Di tepi kolam tersedia bungalow kecil untuk beristirahat, memancing, atau sekadar bersantai bersama keluarga.
Untuk masuk ke area wisata ini, pengunjung cukup membayar tiket Rp10.000 untuk dewasa dan Rp5.000 untuk anak-anak. Setiap ikan hasil pancingan dapat ditimbang dan dibeli dengan harga terjangkau. Pihak pengelola juga menyediakan fasilitas memasak di lokasi, sehingga pengunjung bisa langsung menikmati hasil pancingan mereka.
“Kami ingin suasana seperti di kampung, di mana orang bisa belajar, memancing, dan menikmati hasilnya sendiri,” tambah Ray.
Dukung Ketahanan Pangan Nasional
Tibelat Farm juga berperan aktif dalam mendukung program ketahanan pangan nasional yang menjadi bagian dari Asta Cita Presiden RI, Prabowo Subianto. Melalui kegiatan budidaya ikan air tawar, Ray dan timnya telah menyalurkan ribuan benih ikan ke berbagai daerah di Kepulauan Riau, termasuk Kabupaten Lingga dan Bintan.
“Kami berharap tidak hanya di Lingga dan Bintan, tetapi ke depan bisa menjangkau seluruh kabupaten dan kota di Kepri,” ujarnya.
Tak hanya fokus pada produksi, Ray juga membuka kesempatan bagi siapa pun yang ingin belajar budidaya ikan air tawar. Ia memberikan edukasi gratis serta potongan harga hingga 50 persen untuk pembelian benih ikan di tempatnya. Setelah panen, hasil budidaya masyarakat pun siap dibeli kembali oleh Tibelat Farm dengan harga pasar yang wajar.
“Kalau masyarakat bisa membudidayakan ikan sendiri, kita tidak perlu impor lagi dari luar. Indonesia punya potensi besar,” kata Ray yang juga aktif sebagai pengurus Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI).
Apresiasi dari PWI Kepri
Upaya Ray melalui Tibelat Farm mendapat apresiasi dari Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi Kepulauan Riau. Dalam kunjungan silaturahmi, Wakil Ketua OKK PWI Kepri, Tunggul Manurung, menyatakan dukungan penuh terhadap kegiatan yang dilakukan Tibelat Farm.
“PWI Kepri mendukung sepenuhnya program ketahanan pangan yang digagas pemerintah, dan Tibelat Farm adalah contoh nyata di lapangan,” ungkap Tunggul.
Menurutnya, PWI Kepri juga siap bekerja sama dengan Tibelat Farm dalam program edukasi dan pemberdayaan masyarakat, sejalan dengan hasil Konferensi Kerja I PWI Kepri Tahun 2025.
Kegiatan silaturahmi tersebut turut dihadiri sejumlah pengurus PWI Kepri dan PWI Kota Batam, seperti Anwar Saleh, Indra Helmi, Sofiyan, Roni Alimin, Nov Iwandra, Kavi, Renti, Juanda, serta pengacara senior Balidalo.
Tempat Belajar dan Berkarya
Kini, Tibelat Farm bukan hanya menjadi tempat wisata dan rekreasi, tetapi juga lokasi edukasi bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum. Banyak pihak datang ke sini untuk belajar langsung tentang teknik budidaya ikan air tawar, pengelolaan kolam, hingga pengolahan hasil panen.
“Banyak yang datang dari pemerintah daerah, swasta, hingga mahasiswa. Bahkan ada juga yang dari luar Batam,” kata Ray.
Ia berharap keberadaan Tibelat Farm tetap terjaga di tengah pesatnya pembangunan Batam.
“Selama ini manfaatnya sudah dirasakan masyarakat. Bukan hanya dari sisi ekonomi, tapi juga pengetahuan,” tutupnya. Kontributor (MER)





