
Regional – Presiden RI Prabowo Subianto telah memulai kunjungan resmi ke Singapura, berangkat dari Jakarta pada Minggu sore kemarin.
Kunjungan ini menggarisbawahi hubungan bilateral yang kuat antara Indonesia dan Singapura, dengan fokus pada bidang-bidang seperti kerja sama ekonomi, keamanan regional, dan kepentingan bersama dalam urusan ASEAN. Kunjungan ini diharapkan mencakup pertemuan tingkat tinggi dengan para pemimpin Singapura, diskusi tentang peningkatan perdagangan dan investasi, dan kolaborasi dalam tantangan regional. Keterlibatan diplomatik semacam itu sangat penting dalam membina kemitraan yang lebih dalam dan mengatasi kekhawatiran bersama di kawasan Asia Tenggara.
Berikut adalah beberapa isu di kawasan Asia Pasifik yang krusial untuk ditelaah.
Kenaikan Permukaan Laut: Daerah pesisir di negara-negara seperti Vietnam, Indonesia, dan Thailand sangat rentan, mengancam mata pencaharian, infrastruktur, dan ekosistem.
Peristiwa Cuaca Ekstrem: Peningkatan frekuensi dan intensitas topan, banjir, dan kekeringan dapat mengganggu pertanian, menggusur populasi, dan membebani sumber daya.
Deforestasi dan Hilangnya Keanekaragaman Hayati: Penebangan liar, perkebunan kelapa sawit, dan perluasan perkotaan terus mengancam hutan dan satwa liar, berdampak pada ekosistem dan masyarakat adat.
Kesenjangan Perkotaan-Pedesaan: Urbanisasi yang cepat di kota-kota seperti Jakarta, Manila, dan Bangkok kontras dengan pembangunan pedesaan yang tertinggal, memperburuk ketidakselarasan.
Pengangguran Pemuda: Populasi muda yang terus bertambah di negara-negara seperti Indonesia dan Filipina mungkin menghadapi kesempatan kerja yang terbatas, yang menyebabkan kerusuhan sosial.
Kesenjangan Digital: Akses yang tidak merata ke teknologi dan infrastruktur digital dapat menghambat pertumbuhan ekonomi dan inklusivitas.
Sengketa Laut Cina Selatan: Konflik teritorial yang melibatkan Tiongkok, Vietnam, Filipina, dan negara-negara Asia Tenggara lainnya dapat meningkat, berdampak pada stabilitas regional dan perdagangan internasional.
Persaingan AS-China: Asia Tenggara tetap menjadi medan pertempuran untuk pengaruh antara AS dan China, yang berpotensi memaksa negara-negara untuk memilih pihak dan memperumit hubungan diplomatik.
Persatuan ASEAN: Perpecahan internal dalam ASEAN (Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara) dapat melemahkan kemampuannya untuk mengatasi tantangan regional secara kolektif.
Kesiapsiagaan Pandemi: Pelajaran dari COVID-19 dapat mendorong perbaikan dalam sistem perawatan kesehatan, tetapi wilayah ini tetap rentan terhadap wabah penyakit menular di masa depan.
Akses ke Perawatan Kesehatan: Ketidaksetaraan dalam akses perawatan kesehatan, terutama di pedesaan dan masyarakat yang terpinggirkan, dapat tetap ada.
Pengungsi Iklim: Kenaikan permukaan laut dan cuaca ekstrem dapat memaksa migrasi internal dan lintas batas skala besar.
Krisis Rohingya: Penderitaan pengungsi Rohingya di Bangladesh dan Myanmar dapat tetap tidak terselesaikan, dengan implikasi regional dan internasional.
Otoritarianisme: Beberapa negara di kawasan ini mungkin terus mengalami erosi demokrasi, dengan tindakan keras terhadap perbedaan pendapat dan pembatasan kebebasan pers.
Pemilu dan Transisi: Transisi politik di negara-negara seperti Myanmar, Thailand, dan Indonesia dapat menyebabkan ketidakstabilan atau reformasi, tergantung pada bagaimana mereka dikelola.
Serangan siber: Meningkatnya ketergantungan pada infrastruktur digital menjadikan kawasan ini sebagai target kejahatan dunia maya, peretasan yang disponsori negara, dan kampanye disinformasi.
Privasi Data: Peraturan dan penegakan yang lemah dapat menyebabkan pelanggaran data pribadi dan mengikis kepercayaan publik.
Adopsi Energi Terbarukan: Kawasan ini menghadapi tantangan dalam transisi dari bahan bakar fosil ke sumber energi terbarukan, menyeimbangkan pertumbuhan ekonomi dengan tujuan lingkungan.
Ketahanan Energi: Ketergantungan pada sumber daya energi impor dapat membuat negara-negara rentan terhadap fluktuasi harga global dan gangguan pasokan.
Ketegangan Agama dan Etnis: Konflik yang sedang berlangsung, seperti yang terjadi di Thailand selatan dan Myanmar, mungkin terus memicu perpecahan.
Pelestarian Budaya: Modernisasi dan globalisasi yang cepat dapat mengancam budaya dan warisan tradisional.
Belt and Road Initiative (BRI): Proyek infrastruktur Tiongkok di kawasan ini dapat membawa manfaat ekonomi tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang ketergantungan utang dan dampak lingkungan.
Kemacetan Perkotaan: Kota-kota yang penuh sesak mungkin berjuang dengan sistem transportasi, perumahan, dan sanitasi yang tidak memadai.
Mengatasi Tantangan Ini
Untuk mengurangi masalah atau isu yang disebut ini, maka negara-negara Asia Tenggara perlu memperkuat kerja sama regional, berinvestasi dalam pembangunan berkelanjutan, dan terlibat dengan mitra global. Mengatasi kekhawatiran ini secara proaktif akan sangat penting untuk memastikan stabilitas, kemakmuran, dan ketahanan kawasan di tahun 2025 dan seterusnya.
Setelah kunjungannya ke Singapura, Presiden Prabowo dijadwalkan melakukan perjalanan ke Rusia dari tanggal 18 hingga 20 Juni, di mana ia akan bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin dan menyampaikan pidato utama di Forum Ekonomi Internasional Saint Petersburg.